Jakarta yang menjadi kota terbesar di Indonesia memiliki sejaarah yang unik. sejarah kota Jakarta ini dari masa ke masa mengalami banyak sekali perubahan, baik perubahan nama dan juga tatanan sosialnya. Kota pelabuhan ini mengalami banyak sekali kejadian yang bahkan mengorbankan banyak nyawa penduduknya.

Baik bencana alam, bencana sosial sampai dengan wabah mematikan pernah menjangkiti kota ini. Hal ini tentu saja harus di jadikan pelajaran untuk generasi sekarang. Pada artikel kali ini kami ArundinaTrans.Com yang merupakan penyedia jasa sewa Elf di Jakarta akan mengulas mengenai sejarah kota Jakarta dari masa ke masa.

Sejarah Awal

Sejarah paling awal Jakarta berpusat di pelabuhan Sunda Kelapa, di sebelah utara kota. Ketika Portugis tiba pada tahun 1522, Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang dikuasai oleh Kerajaan Dinasti Pajajaran, kerajaan ini merupakan kerajaan dengan corak Hindu terakhir di Jawa Barat. Pada 1527 Portugis telah memasuki kota, tetapi dapat diusir oleh Sunan Gunungjati, seorang pemimpin muslim dari Kasultanan Demak.

Menurut beberapa sejarawan, kemenangan tahun 1527 ini menjadi alasan bagi Fatahillah untuk mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya “Kemenangan Lengkap”. Atas dasar kemenangan ini, Jakarta merayakan hari lahirnya pada tanggal 22 Juni 1527, hari dimana Fatahillah memberikan nama kota tersebut atas kemenangannya dan menjadi wilayah kekuasaan kesultanan Banten.

750Jakarta di masa lalu. Sumber sibokpranowo.wordpress.com

Penamaan Batavia

Belanda mendatangi Jayakarta sekitar akhir abad ke-16. Jayakarta pada waktu itu yakni awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Hingga pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen dapat menguasai  Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten.  Jan Pieterszoon Coen kemudian mengubah nama kota menjadi Batavia.

Pada awal abad ke-17 itulah sebenarnya Belanda dan Inggris berebut kekuasaan di kota ini. Dan pada akhir tahun 1618 tersebut orang Jayakarta didukung oleh Inggris, mengepung benteng Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Namun Belanda berhasil menangkis para penyerang. Akhirnya kota ini segera menjadi ibu kota Hindia Belanda.

Kota ini di kelilingi tembok. Di dalam tembok Batavia, orang Belanda yang secara ekonomi lebih kaya membangun rumah-rumah tinggi dan kanal-kanal untuk menciptakan kota seperti Amsterdam di daerah tropis. Pada awal abad ke-18, populasi kota telah membengkak, didorong oleh orang Indonesia dan Tionghoa yang ingin mengadu nasib di kota Batavia.

Karena buruknya kondisi sosial, pada tahun 1740 kerusuhan etnis di daerah pemukiman Cina telah berkembang ke tingkat yang mengkhawatirkan.  Tanggal 9 Oktober kekerasan meletus di jalan-jalan kota Batavia. Sekitar 5000 orang Cina dibantai pada waktu itu. Setahun kemudian penduduk Tionghoa dipindahkan ke daerah Glodok, di luar tembok kota.

Selain itu di dalam kota terjadi wabah penyakit sehingga orang- orang Batavia lainnya, yang menghindari epidemi yang parah antara tahun 1735 dan 1780. Hal ini menjadikan area kota semakin melebar dan penduduknya tersebar.

Era Pendudukan Jepang

Kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda akhirnya berakhir dengan pendudukan Jepang pada tahun 1942. Nama Batavia kemudian di rubah dengan nama ‘Jakarta’ dengan tujuan untuk menarik hati pada oenduduk asli Batavia pada waktu itu.

Karena seragan yang bertubi-tubi sekutu kepada Jepang, akhirnya Jepang menyatakan kalah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pejuang Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Akhirnya kemerdekaan bisa diproklamirkan pada 1945. Baru pada tahun 1950 Jakarta secara resmi menjadi ibu kota republik Indonesia. meskipun telah memproklamirkan kemerdekaan, Belanda masih saja bercokol sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Perkembangan Ibukota Negara

Sejak dijadikan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat. Hal ini akibat adanya pusat pemerintahan dan juga keuangan-perdagangan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya populasinya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai permukiman kelas menengah baru kemudian berkembang. Pusat-pusat permukiman  yang dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara juga berkembang.

Pada masa pemerintahan awal, terjadi pembangunan yang signifikan. Berbagai bangunan baru dan ikonik seperti Monumen Nasional, Masjid Istiqlal dan juga Stadion Senayan dibangun pada masa pemerintahan awal Indonesia. hingga terjadi pemberontakan Komunis yang menyebabkan Soekarno sebagai presiden tersingkir dan digantikan oleh HM. Soeharto.

Masalah Jakarta sepertinya tidak pernah selesai. Selama empat dekade berikutnya, ibu kota Jakarta dibanjiri imigran dari luar Jakarta yang menjadikan terciptanya area perkampungan kumuh dan  miskin yang terus meningkat. sebenarnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jakarta Ali Sadikin, belau mencanangkan program pembatasan arus imigran ke Jakarta untuk mengurangi keapadatan. Akan tetapi sepertinya langkah tersebut tidak berjalan di periode kepemimpinan setelahnya.

Jakarta semakin padat dan semakin kompleks masalah yang di hadapi. Pada tahun 1990-an, situasi ekonomi Jakarta telah membaik. Namun semua berubah dengan dimulainya keruntuhan ekonomi pada akhir tahun 1997. Ibukota dengan cepat menjadi medan pertempuran politik dan protes yang menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto yang memerintah selama puluhan tahun.

Pada 12 Mei 1998 ketika tentara menembakkan peluru tajam ke sekelompok mahasiswa yang menyebabkan empat mahasiswa tewas. Jakarta membara dalam kerusuhan selama tiga hari. Ribuan orang turun ke jalan. Pada peristiwa itulah terjadi penjarahan, perusakan, pembakaran bahkan pemerkosaan kepada golongan etnis tertentu.

Masa Reformasi

Seiapapun gubernur yang membawahi Jakarta, ada masalah yang harus ditangani, dan masalah tersebut adalah masalah yang tidak ringan. Masalah yang sering di hadap adalah kemacetan, banjir dan masalah ossial hingga kemananan. Sejak jaman dahulu Jakarta menjadi langganan banjir, karena itulah pemerintah kolonial ingin membangun Jakarta sebagai kota yang memiliki banyak kanal.  

Jakarta modern. Sumber Unsplash

Banjir melumpuhkan banyak bagian kota pada tahun 2002, 2003, 2006 dan tahun tahun setelahnya menyebabkan kerusakan besar pada rumah dan layanan umum, dan membawa lebih banyak kesengsaraan bagi penduduk Jakarta yang berada di area genangan.

Selain itu masalah kemananan juga menjadi pekerjaan besar pemimpin Jakarta. Seperti yang terjadi pada Agustus 2003, Hotel Marriott milik AS dibom dan pada September 2004 kedutaan Australia mengalami nasib yang sama. Belum lagi adanya tawuran dan juga kericuhan dari aktifitas demonstrasi yang tentu saja sangat mengganggu.

Jakarta saat ini telah maju. Dengan adanya sarana transportasi Jakarta yang terpadu, pembangunan dan penataan kawasan tertentu di Jakarta dan perubahan lainnya memberikan wajah  baru Jakarta. Namun bayang-bayang permasalahan yang mengakar seperti kawasan kumuh, banjir dan kemacetan masih tetap membayangi.

Apakah menurut Anda artikel ini bermanfaat? Bagikan ini!