Jakarta sebagai pusat peradaban di indonesia memiliki beragam bangunan bersejarah yang saat ini masih berdiri tegak dan dilestarikan karena merupakan warisan pahlawan masa lalu yang berjuang dengan gigih mengusir panjajah. Salah satu yang perlu diketahui adalah sejarah Masjid Istiqlal Jakarta yang merupakan salah satu masjid besar di Indonesia.
Masjid Istiqlal Jakarta
Masjid Isiqlal Jakarta berada di bekas Taman Wilhelmina, di Timur Laut Lapangan Medan Merdeka Jakarta dekat dengan destinasi wisata Monumen Nasional. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 jamaah sehinggamasjid ini merupakan salah satu masjid yang besar di dunia. Bahkan Masjid Istiqlal Jakarta merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Berdasarkan sejarah Masjid Istiqlal Jakarta, masjid besar yang merupakan masjid negara ini menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Karena itulah masjid ini dinamakan “Istiqlal” yang dalam bahasa Arab berarti “Merdeka”. Indonesia yang mayoritas beragama islam bahkan pemeluk terbesar Islam berada di Indonesia sehingga dalam meraih kemerdekaan tidak bisa diisahkan dengan keberadaan umat Islam di Indonesia.

Makna Arsitektur Masjid Istiqlal Jakarta
Sebagai masjid negara, Masjid Istiqlal memiliki dinding dan lantai berlapis marmer. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Ima lantai menggambarkan rukun Islam. Pada bangunan utama terdapat kubah besar berdiameter 45 meter.
Angka 45 melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Selain itu bangunan ini ditopang 12 tiang besar yang melambangkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad. Ada satu menara setinggi total 66,66 meter menjulang di sudut selatan masjid yang melambangkan tauhid atau satu Tuhan. Tinggi 66,66 meter atau 6.666 cm melambangkan jumlah ayat dalam Al Qur’an. Ujung menaranya terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz dalam Al Qur’an.
Untuk memasuki bangunan bersejarah ini terdapat tujuh pintu masuk yang bisa anda pilih. Masing-masing pintu memiliki nama asmaul husna, dari pintu utama bernama Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq selanjutnya bernama Al Quddus, Al Malik, Al Ghaffar, dan Ar Rahman. Angka tujuh juga diambil sebagai tanda bahwa ada tujuh lapisan langit dalam keyakinan agama Islam.
Dengan mempertimbangkan iklim di Indonesia yang tropis sehingga cenderung panas, Masjid Istiqlal dirancang agar udara dapat bersirkulasi dengan mudah sehingga ruangan tetap sejuk. Karena itu ruangan salat yang berada di lantai utama terbuka di sekelilingnya. Ruangan tersebut diapit oleh pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama.
Selain itu tiang-tiang yang ada di ruangan terbuka lebar dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami. Hal ini dikarenakan Masjid Istiqlal Jakarta bisa menampung ratusan ribu jamaah, jika masjid tidak dibuat dengan konsep seperti ini maka suasana ruangan masjid akan panas.
Arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa menjadi salah satu ciri khas dari bangunan Masjid Istiqlal Jakarta. Arsitektur gaya Indonesia bisa dilihat pada bangunan yang bersifat terbuka yang memudahkan sirkulasi udara alami. Selain itu lokasi masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan menjadi ciri khas Kasultanan di Jawa.
Kaligrafi pada bagian kubah masjid merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh. Desain arsitektur bangunan ini memang perpaduan dari beragam unsur budaya yang menggambarkan kekayaan khasanah budaya Indonesia.
Penentuan Lokasi Masjid
Saat akan merencanakan pembangunan masjid, Ir. H. Mohammad Hatta yang kala itu menjabat wakil presiden berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Alasannya adalah lokasi tersebut berupa tanah kosong dan berada di lingkungan masyarakat Muslim.
Sedangkan Ir. Soekarno sebagai presiden berpendapat bahwa lokasi pembangunan Masjid Istiqlal sebaiknya di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda. Lokasi ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka.
Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama.
Meskipun pendapat Moh Hatta lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas lahan calon berdirinya masjid, namun setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina.
Perancangan Masjid Istiqlal Jakarta
Untuk membuat desain masjid, pada waktu itu pemerintah menyelenggarakan sayembara. Pemenangnya adalah Frederich Silaban yang seorang Nasrani . Frederich Silaban adalah seorang arsitek penganut Kristen Protestan asal Sumatera Utara. Beliau lahir pada 16 Desember 1912 dan termasuk lulusan terbaik Academie van Bouwkunst Amsterdam, Belanda, pada 1950.
Frederich Silaban berhasil memenangkan sayembara desain Masjid Istiqlal pada 1955. Karena berhasil memenangkan sayembara, Frederich pun berhak atas medali emas seberat 75 gram dan uang tunai sebesar Rp25.000 pada waktu itu.

Sedangkan pembangunan masjid yang diprakarsai oleh Ir. Soekarno dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, enam tahun setelah adanya sayembara. Ketua pelaksana sayembara desain Istiqlal adalah Presiden Pertama RI Sukarno dengan beranggotakan para arsitek dan ulama.
Pembangunan Masjid Istiqlal
Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1961 yang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun setelah Indonesia memasuki babak bentuk neggara Republik Parlementer situasi politik tidak kunjung membaik. Terjadi persengketaan di antara kelompok politik.
Puncaknya pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, pembangunan masjid benar-benra terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966 proyek dilanjutkan kembali. Tujuh belas tahun kemudian Presiden Soeharto meresmikan Masjid Istiqlal pada tanggal 22 Februari 1978.
Itulah beberapa ulasan mengenai sejarah Masjid Istoqlal Jakarta yang dalam pembangunanna dipenuhi dengan lika-lku sehingga memakan waktu yang lama. Jika anda menginginkan kunjungan ke destinasi wisata religi yang bersejarah ini anda bisa mempercayakan transportasinya kepada penyedia jasa sewa elf jakarta. Terima kasih.

Penulis adalah pemilik website bisnis transportasi ini.